KLATEN (29/07/2024) - Kreativitas retorika merupakan salah satu keterampilan yang penting bagi anak-anak, terutama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan percaya diri. Berdasarkan sumber dari Kepala Desa Tarubasan, anak-anak di desa tersebut sudah kecandungan dengan penggunaan gadget. Perkembangan retorika di usia pertumbuhan anak sangat penting untuk ditindaklanjuti agar kemampuan dalam bersosialisasi dapat berjalan dengan baik. Salah satu dampak negatif dari kecanduan penggunaan gadget adalah kurangnya minat interaksi sosial anak terhadap lingkungan di sekelilingnya. Hal tersebut dapat memicu berbagai hal negatif yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak, terutama cara bicara dan mengungkapkan pikiran melalui bahasa mereka. Menanggapi permasalahan tersebut, mahasiswa Tim II KKN Undip 2024 merealisasikan program yang difokuskan pada peningkatan keterampilan komunikasi melalui kegiatan menarik dan edukatif yang dapat dengan mudah diikuti oleh anak-anak.
Minimnya kepekaan akan ketersediaan ruang yang mewadahi penerus generasi di masa perkembangan bahasa anak cukup mengkhawatirkan jika tidak ada yang ambil tindak atas permasalahan yang terjadi. Mirisnya, orang tua pun tidak banyak andil dalam mengatasi permasalahan yang dewasa ini marak terjadi pada anak-anak. Sebagai generasi yang peka terhadap indikasi permasalahan ini, mahasiswa Sasindo Undip menjembatani para orang tua dalam melatih kemampuan berbahasa anak-anaknya melalui kelas kreativitas retorika yang riang dan menyenangkan. Kelas atau pelatihan retorika pada anak ini merupakan program yang tepat untuk direalisasikan pada kelompok belajar anak di Desa Tarubasan, bahwa berdasar pengakuan masyarakatnya jika usia anak di daerah tersebut sudah dikuasai oleh dunia gadget. Program ini dilaksanakan di sebuah kelompok belajar anak berupa Taman Pendidikan Al-Qur'an bernama Al-Muttaqin yang berada di Desa Tarubasan. Kelompok belajar ini menjadi sasaran tepat untuk merealisasikan gerakan menolak generasi speech delay dewasa ini, yang tentu menjadi permasalahan besar jika dibiarkan dan tidak diambil tindakan. Pelaksanaan program yang disasarkan pada anak dengan usia sedang menduduki masa tumbuh kembang diarahkan pada tipe program yang membuka suasana riang dan memantik keseruan. Pelatihan tidak dilakukan dengan tekanan namun difokuskan pada kemampuan kreativitas sesuai dengan tingkat keterampilan yang mampu dihasilkan.
Bukan suatu hal yang mustahil jika di era sekarang anak-anak lebih senang menghabiskan waktunya dengan bermain gadget dibandingkan bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya pun orang tuanya. Hal ini tentu menjadi pemicu besar adanya fenomena keterlambatan bicara di usia perkembangan mereka. Kepekaan generasi muda yang sudah lebih paham fenomena serta dampak negatifnya harus lebih didorong dan didukung agar mampu bersama-sama mewujudkan generasi anti terlambat bicara di lingkungan sekitar. Olah bicara merupakan keterampilan yang penting dan sangat dibutuhkan di masa depan sebagai aksi melahirkan generasi emas mendatang. Retorika adalah kemampuan dasar di mana anak akan memulai dirinya menjadi individu sosialis sebagai bentuk awal mula pengenalan dunia luar. Program kegiatan ini bertajuk pada olah komunikasi kelompok belajar anak dengan menggunakan sistem dengar, paham, ucap. Anak akan diminta untuk mendengarkan sebuah materi pemaparan yang disambung dengan permainan untuk masuk ke dalam kelas kreativitas retorika. Permainan yang dikenalkan untuk memantik daya cipta olah bahasa anak-anak di kelompok belajar ini berhasil mendongkrak keberanian pun kepercayaan diri anak dalam mengutarakan pikiran dan perasaan mereka melalui sebuah presentasi bahasa. Keberanian anak dalam beretorika di depan massa merupakan contoh kecil jika di usia mereka sangat mudah untuk diarahkan ke berbagai arah jalan. Tinggal bagaimana para orang tua sebagai generasi yang peka akan membawa generasi penerus tersebut mengarungi jalan mereka, membiarkan mereka dalam zona nyamannya yakni dunia maya atau memupuk jiwa kreativitas mereka dalam meminimalisir fenomena-fenomena berbahaya di usianya. Speech delay atau keterlambatan berbicara merupakan salah satu wujud ketidaksadaran orang tua dalam mengajak anak beranjak dari zona nyamannya ke zona amannya.
Dengan adanya program ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang bagi perkembangan keterampilan komunikasi anak-anak di Desa Tarubasan. Melihat antusias anak-anak dalam mengikuti kegiatan belajar dan bermain retorika ini menyadarkan jika usia mereka masih sangat butuh arahan dan bimbingan. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia harus dipergunakan sebagaimana mestinya, terlebih bagi anak-anak di usia tumbuh kembangnya. Interaksi merupakan sebuah kebutuhan bagi setiap insan dalam menjalankan hidupnya. Melalui kelas kreativitas retorika anak ini, anak akan dapat dengan lebih mudah menyaring bentuk komunikasi yang baik dan buruk, bahasa yang benar dan salah, serta kepercayaan diri yang harus ditanamkan untuk mendampingi kemampuan bicara yang luar biasa. Antusias dan respon positif anak serta tanggapan positif dari orang tua akan program ini memantik semangat mahasiswa sebagai generasi muda dalam mengupayakan gerakan anti terlambat bicara melalui pemberdayaan kepada masyarakat sekitar untuk mendongkrak kemampuan komunikasi masyarakat terutama pada anak. Gerakan menolak generasi speech delay akan dapat terus berjalan seiring dengan kesadaran dan kemauan untuk mengarah ke zona aman.
Penulis: Alfin Mahfudhoh / Sastra Indonesia / Fakultas Ilmu Budaya
KKN Tim II Universitas Diponegoro 2024